Meski hidup serba kekurangan, tak lantas membuat Helmi Fayoga patah semangat. Jika besar nanti, bocah kelas 3 SD ini mengaku ingin menjadi guru olahraga.
"Cita-cita saya ingin menjadi guru olahraga," kata bocah yang akrab disapa Yoga ini saat berbincang.
Impian menjadi guru olahraga, lanjut Yoga, bukan tanpa alasan. Menurutnya, cita-cita itu selaras dengan kegemarannya bermain bola voli dan sepak bola. "Juga karena guru olahraga itu badannya kuat dan sehat," ujarnya.
Namun guru Yoga di SDN Mayangan, Abdulloh Tamami mengungkapkan kemampuan akademik bocah berusia 11 tahun ini masih di bawah rata-rata, bahkan ia masih belum lancar membaca seperti teman-temannya.
Menurut sang guru, ini karena kondisi keluarganya yang tak utuh. Ditambah lagi kondisi ekonomi Yoga serba kekurangan sehingga asupan gizinya kurang optimal. "Yoga juga pernah tinggal kelas di kelas 1, seharusnya dia sekarang kelas 4," ungkapnya.
Meski demikian, Yoga bertekad membanggakan sang nenek buyut, Samunti (93) dan memperbaiki kehidupan mereka, apalagi kalau bukan karena Samuntilah yang selama ini merawat Yoga sejak kepergian kedua orang tuanya.
"Saya juga ingin bisa memperbaiki rumah ini," ungkapnya.
Kondisi rumah yang ditinggali Yoga bersama Samunti di Dusun Murong, RT 36 RW 11, Desa Mayangan, Jogoroto ini memang jauh dari kata layak. Atap rumah mereka berlubang disana-sini. Lantai rumah dari semen nampak kotor. Belum lagi perabotan rumah yang tak layak pakai seperti lemari dan tempat tidur.
Sepekan belakangan, ia harus merawat Samunti yang jatuh sakit karena tekanan darah tinggi dan batuk berdarah. Kegiatan belajarnya pun terganggu lantaran ia tak ingin meninggalkan sang nenek buyut. Untuk makan sehari-hari, Yoga mengandalkan bantuan dari para tetangganya.