Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dipercaya merupakan keturunan Tionghoa dan bermarga Tan. Hal itu karena cerita Gus Dur yang pernah ke China menelusuri leluhurnya.
Salah seorang warga Pecinan Semarang yaitu Ketua Lansia Dharma Senja, Eko Harto atau Ong Ik Hok mengatakan Gus Dur memang bermarga Tan karena kisah itu dulu pernah diungkap Gus Dur ke publik.
"Ada marganya Tan. Beliau pernah ke sana untuk menelusurinya. Ini (Sinci) bentuk penghormatan untuk Gus Dur," kata Ong di depan Sinci Gus Dur di gedung Rasa Dharma, Pecinan, Semarang, Jumat (9/2/2018).
Sinci bertuliskan KH Abdurrahman Wahid terpasang di altar di gedung Rasa Dharma. Warga Tionghoa Semarang biasa sembhayang di depan Sinci Gus Dur yang yang berada di antara Sinci leluhur warga Tionghoa lainnya.
"Kita sembahyang setiap tanggal 1 dan 15 kalender China," imbuhnya.
Warga Tionghoa Semarang sangat menghormati Gus Dur bukan karena ia keturunan Tionghoa. Melainkan jasa-jasa Presiden ke-4 RI itu bagi warga Tionghoa Indonesia.
"Gus Dur di Indonesia dianggap bapaknya orang China (Tionghoa). Beliau menganggap semua orang sama, tidak membeda-bedakan," kata Ong.
Sinci, lanjut Ong, digunakan untuk menelusuri leluhur karena ada nama-nama di belakang Sinci yang menunjukkan keturunan. Namun Ong tidak tahu apakah leluhur Gus Dur tertulis di belakang Sinci atau tidak.
"Seharusnya ada (tulisan nama di belakang Sinci). Kalau mau melihat keturunan lihat nama tengahnya. Orang China itu namanya tiga suku kata, nah dilihat nama tengahnya," terang Ong.
Sinci Gus Dur memiliki bentuk yang berbeda dari Sinci lainnya di altar tersebut. Nama Gus Dur juga merupakan Muslim satu-satunya yang dibuatkan Sinci di sana.