Keduanya memunguti lembaran koran yang basah karena terkena rumput berembun. Meski udara mulai terasa panas karena sinar matahari, bermodalkan topi keduanya sigap memunguti koran-koran yang berserakan di segala sudut lapangan.
"Datang sejak pagi tadi, mas. Sudah biasa, tiap tahun selalu ambil koran-koran bekas Salat Id di sini," katanya kepada Tribun Jogja, Minggu (25/6/2017) pagi. Sementara Sugiman menyisir sisi barat lapangan, istrinya menjelajah sisi timur. Koran-koran lembab tersebut mereka tumpuk menjadi gundukan koran basah. Sinar matahari pagi sedikit membantu mereka mengeringkan koran tersebut.
"Agak basah tidak apa-apa. Nanti juga kering sendiri. Habis ini langsung dijual," imbuh Sugiman sambil memunguti koran. Pria asal Jatimulyo ini mengaku, momen Salat Id menjadi berkah untuk ia dan istrinya. Sebagai pemulung, puluhan kilo kertas bekas tersebut menjadi rezeki di Idul Fitri. Tahun lalu ia berhasil mengumpulkan sekitar 50 kilogram koran bekas yang ia jual Rp 1500 per kilogramnya.
Menggunakan sepeda yang diberi kronjot, ia menjualnya ke seorang pengepul kertas di Ngancar.
"Kalau tahun ini sepertinya lebih banyak. Semoga saja begitu," katanya sambil terus bekerja," pungkasnya.