Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menggelar sarasehan kyai, ulama, dan habaib pondok pesantren se eks Karesidenan Kedu di Ponpes Al Iman Desa Bulus Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo, Selasa (21/2).
Dalam kesempatan tersebut, Ganjar menyoroti beberapa hal serta kondisi yang saat ini tengah melanda bangsa Indonesia. Termasuk keprihatinannya terhadap masalah isu intoleransi yang saat ini menjadi pekerjaan rumah semua pihak agar masyarakat tidak mudah terhasut hingga terpecah belah.
“Semua itu sama dalam kerangka NKRI. Contoh yang mudah saja di ponpes ini. Apakah ada jumlah jahitan kopiah yang sama, rambut uban yang sama. Tidak, pasti berbeda beda namun tetap harus rukun. Termasuk kulit putih, cokelat, hitam, hingga mata mendelik, tetap saja sama. Siapa yang bilang berbeda,” katanya.
Selain isu intoleransi, ia juga berpesan kepada seluruh peserta yang hadir untuk tidak mudah terprovokasi oleh munculnya isu radikalisme dan peredaran narkoba. Khusus untuk masalah obat terlarang, dalam sehari di Indonesia terdapat 50 orang meninggal dunia akibat narkoba.
Mengetahui fakta tersebut, seluruh pihak tidak hanya tinggal diam. Namun harus peduli dan bergerak bersama sama. Pasalnya, jika dibiarkan, narkoba akan merusak bangsa lewat gradasi moral para generasi muda.
Bahkan, dirinya mendukung sepenuhnya langkah tegas pemerintah. Khususnya pengadilan untuk mengeksekusi pelaku peredaran narkoba di Indonesia.
“Jangan takut melanggar HAM. Lha bagaimana dengan nasib mereka yang meninggal dunia. Apa para pelaku juga tidak melanggar HAM. Jangan sampai negara rontok karena narkoba,” tegasnya.